Rabu, 11 Mei 2011

Greater Slow Loris (Nycticebus coucang)


Greater Slow Loris (Nycticebus coucang)
Appearance
The ongoing taxonomic research may reveal the existence of two species of Slow Loris in Sumatra. The one found in Gunung Leuser National Park has a bright reddish brown colour, including the dorsal stripe and facial markings. It also presents rounded forks above the eyes with pronounced dorsal stripes extending down to a more reddish belly.
Size
600 to 800g.

Life Span
20 years
Diet
Slow Lorises are fruit-eaters but also feed on insects, leaves and birds eggs. Another ket resource for them is nectar from the flowers of the burtram palm.
Home Range
Studies have shown that great variation, ranging from 2 to 18 ha. Surveys in Sumatra have found this species to occur at very low densities.
Habitat
Primary and secondary lowland forest, and can be found in gardens and plantations.
Distribution 
This species occurs in Indonesia (Sumatra, Batam and Bunguran in the North Natuna Islands), Malaysia (on the Peninsula and the island of Tioman), southern peninsular Thailand (from the Isthmus of Kra southward), and Singapore.
Behaviour and Ecology
Nocturnal and arboreal
IUCN Red List Status
Vulnerable
Population trend
Decreasing
Threats
The species is collected for use as pets, and the animals are sold throughout South East Asia. The teeth are often pulled, resulting in infection and/or death. If animals survive, lack of teeth makes reintroduction impossible. Sumatran populations are particularly impacted by the pet trade. There is little information available to other threats to thsi species. It is relatively adaptable to anthropogenic habitats, and so it might be less affected by forest loss than some other primate species. Nevertheless, forest loss has been so severe in the region that it is likely to have had some negative impacts. 
Animals are shot as crop pests and for other reasons. The species is protected by law in Malaysia, Thailand and Indonesia.

 Penampilan
Penelitian taksonomi yang sedang berlangsung dapat mengungkapkan adanya dua jenis Slow Loris di Sumatera. Yang ditemukan di Taman Nasional Gunung Leuser memiliki warna coklat kemerahan cerah, termasuk tanda-tanda garis punggung dan muka. Ada juga bentuk garpu bulat di atas mata dengan garis-garis punggung memperpanjang ke bawah ke perut lebih kemerahan.

Ukuran
600-800g.
Life Span
20 tahun
Diet
Slow Loris (Kukang) adalah pemakan buah, tetapi juga memakan serangga, daun dan telur burung. Sumber lain bagi mereka adalah nektar dari bunga-bunga telapak burtram.
Jarak gerakan
Studi telah menunjukkan bahwa variasi yang besar, mulai dari 2 sampai 18 ha. Survei di Sumatera telah menemukan spesies ini terjadi pada kepadatan sangat rendah. 
Habitat
Hutan primer dan hutan dataran rendah sekunder, dan dapat ditemukan di kebun dan perkebunan.
Distribusi
Spesies ini berada di Indonesia (Sumatera, Batam dan Bunguran di utara Kepulauan Natuna), Malaysia (di Semenanjung dan pulau Tioman), Semenanjung Thailand selatan (dari Tanah Genting Kra selatan), dan Singapura. 
Perilaku dan Ekologi
Nokturnal dan arboreal
Status IUCN Red List
Rentan
Tren Populasi
Penurunan
Ancaman
Spesies ini dikumpulkan untuk digunakan sebagai hewan peliharaan, dan sering dijual di seluruh Asia Tenggara. Gigi sering ditarik, mengakibatkan kematian atau infeksi. Jika hewan bertahan hidup, kurangnya gigi membuat reintroduksi mustahil. Populasi di Sumatera sangat dipengaruhi oleh perdagangan hewan peliharaan. Ada sedikit informasi yang tersedia tentang ancaman lain terhadap spesies ini. Hal ini relatif mudah beradaptasi dengan habitat antropogenik, dan jadi mungkin tidak terlalu terpengaruh oleh hilangnya hutan dari beberapa jenis primata lainnya. Namun demikian, hilangnya hutan telah begitu parah di wilayah yang ia cenderung untuk memiliki beberapa dampak negatif. 


Text adapted from Guidebook to Gunung Leuser National Park by UNESCO 
and Nekaris, A. & Streicher, U. 2008, 'Nycticebus coucang'

Tidak ada komentar:

Posting Komentar